Chill Boi

Total punya waktu 10 hari menghabiskan suasana lebaran di Bekasi, I'm superly grateful for that 🙏. Dan sekarang pertanyaannya adalah: "Berapa banyak barang yang harus di bawa pulang?" Semenjak mendalami gaya hidup minimalis (terimakasih kepada channel YouTube Matt ), I'm really curious about how can we live our life intentionally. Mari kita mulai dari pertanyaan awal, liburan kali ini aku memutuskan untuk membawa 22 barang. Berikut rinciannya: 1. Kemeja: Untuk sholat Ied dan acara Halal Bi Halal 2. Kaos (4): Dipakai selama di rumah 3. Hoodie: Dipakai ketika pergi bertemu teman 3. Celana dalam (6): Yaa, ini yang paling penting bukan?😂 4. Jeans: Dipakai ketika pergi ke luar rumah 5. Celana olahraga (2): Dipakai selama di rumah 6. Laptop: Dipakai untuk mengerjakan laporan 7. Handphone: Untuk memesan Go-Jek, dan berkomunikasi dengan orang di luar rumah (setelah lebaran) 8. Peralatan mandi (3): Yaa, untuk mandi.. 9. Buku: Untuk diba...

Once upon a time, Ada seekor keledai yang berdiri di antara tumpukan jerami dan seember air dengan keadaan lapar sekaligus haus. Keledai tersebut melihat ke kanan dan ke kirinya beberapa kali sebelum ia mati karena kelaparan dan kehausan. Dan ia mati karena tidak bisa mengambil keputusan mana yang harus diambil terlebih dahulu. ( cerita original ) Andai saja keledai tersebut bisa berpikir secara jangka panjang, pasti ia akan memilih untuk meminum air dari ember terlebih dahulu lalu memakan tumpukan jerami (ataupun sebaliknya). Berpikir secara janga panjang , itu yang terkadang kita lupa bahwa kita memiliki kemampuan tersebut (sebagai manusia). Seperti Bill Gates pernah berkata: "Most people overestimate what they can do in one year, and underestimate what they can do in ten years." Jangan seperti keledai. Kamu dapat melakukan semua yang kamu ingin lakukan. Kamu hanya perlu pandangan ke depan dan kesabaran.

Beberapa orang menganggap ketika rasa sakit muncul, maka ada perkembangan dari diri kita. "Rasa sakit itu baik." Tapi kapan kita bisa bilang bahwa rasa sakit, hanyalah rasa sakit tanpa ada sisi positif dari rasa tersebut? Ray Dalio mengatakan bahwa rasa sakit adalah tanda kita berkembang menjadi lebih baik, kalau itu dikombinasikan dengan refleksi diri. "Pain+Reflection= Progress." Akhir-akhir ini aku sering melakukan refleksi diri, bukannya merasa berkembang tapi malah merasa banyak perilakuku yang telah menyakiti orang lain. Dan ketika orang lain tersebut tidak melakukan refleksi, maka itu hanyalah sebuah rasa sakit baginya. Maka bisa disimpulkan bahwa aku telah menyakitinya. I've has this "weird" routine called: Checking Intention. Begini cara rutinitas ini bekerja Intention->Awareness->Attention->Action Ketika aksi (perilaku) kita ditangkap dengan cara yang negatif, maka jawabannya sederhana: Niat ki...

Ketika kamu memutuskan untuk menjalin hubungan yang sudah berjalan 1 tahun lebih, dan pada akhirnya kalian memutuskan untuk mengakhirinya. Un-expected? For sure. Sakit? Who knows what's good or bad. Walaupun riset mengatakan bahwa untuk moving on dari pasangan itu kira-kira butuh sekitar 3 bulan atau 11 bulan, but I've found it really hard to get over my past relationship. Today, I've realized ketika kita ingin mengubah suatu kebiasaan, maka harus ada penggantinya (agar lebih mudah). Untuk moving on, aku memutuskan untuk lost myself in serving for others. It's because I want to keep myself busy (distracting my mind from remembering the past relationship), and also I want to train my "give without expectation" muscle. Who's in?

Ketika kamu merasa bingung harus melakukan apa-apa, kira-kira apa yang kamu lakukan? Membuka Instagram? Menonton video di YouTube? Atau kah serial di Netflix? That's what wrong in our society today. Karena kita selalu dibiasakan ketika ada waktu luang, kita harus mengerjakan suatu hal. Kita tidak pernah dibiasakan untuk menikmati kebosanan tersebut. Coba kita pikirkan sejenak, bagaimana jika ketika rasa bosan itu muncul, kita "mengeluarkan" rasa bosan kita ke tulisan ataupun video. Disinilah kreativitas penting. Di zaman yang sudah banyak konten beredar dalam bentuk video atau gambar ini, ketika kita bisa membahasakan hal-hal dalam diri kita dengan proses refleksi diri, tidak disadari kita bisa memberikan value atau pelajaran untuk orang yang melihat konten yang kita buat. Selain bermanfaat untuk orang lain, salah satu penelitian membuktikan bahwa kegiatan yang melibatkan kreativitas mampu membuat seseorang menjadi Flourishing . Mekar seperti bunga. Meka...

Menurut artikel yang dilansir oleh IDN Times , ada salah satu sifat khas kita (orang Indonesia) yang bikin bule kagum sama kita, yaitu tingkat keramahan kita yang tinggi . Kok bisa ya kita disebut orang yang sangat ramah sama bule? Jawabannya karena budaya kita. Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Universitas Colorado Boulder membuktikan bahwa orang yang (cukup) memegang minuman hangat cenderung memiliki kepribadian yang hangat. Begitupun juga sebaliknya. Dalam penelitian ini partisipan diminta untuk memegang kopi panas atau kopi es milik seseorang sebelum diperkenalkan kepada mereka (mereka tidak tahu bahwa memegang minuman itu bahkan merupakan bagian dari penelitian). Efek hangat yang disebabkan oleh gelas yang dipegang tersebut berpengaruh kepada bagian otak yang disebut insula , bagian ini berfungsi untuk membentuk persepsi seseorang akan suatu hal. Trus, apa hubungannya sama budaya kita? Coba kita cermati kebiasaan para leluhur kita, di pagi hari...

Sebenarnya apa sih yang salah sama quotes: "Money can't buy happiness."? Kamu seneng kan ketika kamu kerja keras dan dikasih uang? Dan mungkin motivasi kita ngelakuin suatu hal di awal adalah karena uang. Itu hal yang manusiawi kok. Bapak Psikologi positif ( Martin Seligman ) pun mengakui bahwa salah satu faktor kebahagiaan adalah uang. Jadi apa yang salah dengan uang yang bisa bikin kita bahagia? Pertama , perlu kita sadari bahwasanya uang adalah hal yang berada di luar diri kita. Yang artinya kita hanya mempunyai "setengah kendali" akan hal tersebut. Maksudnya kita bisa mengendalikan pengeluaran kita, tapi kita tidak bisa mengendalikan suatu kejadian yang akan menghabiskan uang kita (contoh: kemalingan dan biaya berobat). Disinilah titik yang paling berbahaya ketika kita mendasari kebahagiaan dengan hal-hal yang tidak sepenuhnya dibawah kendali kita, kita akan sedih/galau/merana ketika hal tersebut hilang. Kedua , (sebenarnya) ad...

Ketika kamu membuka salah satu persyaratan posisi kerja di Linked.in dan melihat tulisan " Multitasking ", apakah kamu merasa bisa memenuhi persyaratan tersebut? Jika iya, mungkin kamu harus tahu hasil dari salah satu studi  yang menyatakan bahwa hanya 2% dari populasi dunia yang bisa melakukan multitasking secara efektif. Kemungkinan yang sangat kecil bukan? Mari kita bernostalgia sejenak ke tahun 1965 dimana International Business Machines (IBM) mengartikan kata multitasking . Multitasking diartikan sebagai: "The ability of a microprocessor to apparently process several tasks simultaneously." Apparently? Tampaknya!? Jadi IBM bilang kalo sebenarnya komputerpun tidak bisa melakukan beberapa hal dalam satu waktu? Ternyata, tidak. IBM melanjutkan penjelasannya: "Computer multitasking in single core microprocessors actually involves time-sharing the processor; only one task can actually be active at a time, but tasks are rotated through ...