Chill Boi

I always fascinating about the things we can and can't control, and also (fascinating about) happiness starts within you. Somehow, pondasi dari pemikiranku tersebut adalah gabungan dari sebuah filosofi dan gaya hidup. Stoikisme dan Minimalis . Stoik mengajarkanku untuk menerima kenyataan apa adanya, tanpa interpretasi mana yang baik atau buruk (coba baca cerita tentang seorang petani dengan kudanya). Banyak orang yang menyalahartikan bahwa orang yang stoik adalah orang yang tidak punya perasaan, seorang stoik bisa merasakan suatu emosi, tapi mereka tidak sekedar bertindak berdasarkan emosi tersebut, mereka coba memikirkan apa yang baik dilakukannya. Ada sebuah proses memutuskan antara emosi dan perilaku. Dan tentu, seorang stoik akan bertanya apakah perilaku yang akan ia lakukan baik untuk sesama manusia atau tidak.  Pada dasarnya stoik mengajak kita untuk  endure the hardship. Coba tonton video satu ini kalau kamu ingin mendalami filosofi ini: Bagaimana ...

Pertama kali ngeliat gambar di atas, yang terlintas di benakku adalah: "Bulenya seperti menikmati hidupnya di desa, tapi kenapa kebanyakan mahasiswa KKN rasanya bodo-amat sama kegiatan KKN?" That's the biggest question that I need to know the answer (because I personally want to KKN finish as quickly as possible). Apa karena gaada wi-fi? Gaada sinyal? Kebebasan yang dibatasi? Bingung mau ngapain di desa? Atau karena prasangka kita kepada penduduk desa itu sudah buruk? Aku mendapat satu kesimpulan, bahwa kita sudah terlalu "terikat" pada hal-hal yang hanya ada di luar desa. Contoh sinyal dan wi-fi. Aku pernah nulis tentang ini juga, bahwa kita terikat untuk didistraksi. Jadi ketika udah gaada distraksi sebanyak di kota, kita malah "kehausan" untuk mencari distraksi. Sekarang pertanyaannya, apakah ada orang yang beneran mati karena bosan?

I'm a boy but also a fan of 5 Seconds of Summer. Weird huh? I like them because all of the lyrics they made is really "so me", well since I really interested in gloomy-for-love thing, so I choose them besides One Direction. Oh, their genre is pop-punk which is looks like Blink-182. Disini bukan aku ingin menulis tentang alasan milih 5sos, tapi aku ingin menulis tentang mereka dari segi brandingnya. Kenapa? Karena branding mereka unik. Let's get to it: 1. Fase "remaja banget" Keliatan lah ya kenapa dinamakan remaja banget; ripped jeans, vans, baju ketekan. Anak pop-punk yang remaja banget lah pokoknya. Selain dari penampilan, kalo kalian ngikutin perkembangan lagu mereka pada fase ini, tema secara umumnya itu efek seorang pria yang tergila-gila sama wanita (remaja banget kan?). Amnesia, She looks so perfect, Close as strangers, The only reason, 18, Out of my limit. Remaja banget dah. 2. Fase "setengah remaja, setengah dewasa...

Viktor Frankl dalam bukunya yang sangat fenomenal menekankan bahwa kita sebagai manusia memiliki kekuatan super, yaitu the ability to choose between stimulus and respon . Kemampuan untuk memilih kehendak kita. Contoh, ketika kita kehilangan orang yang sangat kita cintai dan sayangi, biasanya orang-orang akan memprediksi kita akan menangis, tapi sebenarnya kita bisa memilih untuk tidak menangis. Hal yang ada didalam kendali kita adalah perilaku yang akan ditunjukkan, bukan emosi yang kita rasakan. Aku sangat berpikir "Oke, gua punya kendali terhadap perilaku gua, gua bisa memilih sesuka gua karena manusia pada dasarnya punya kehendak untuk memilih jalannya dengan bebas." Tapi itu sebelum aku melihat video di atas. Sam Harriss berargumen bahwa sebenarnya free will itu bukanlah suatu kehendak bebas, pada dasarnya kita memilih suatu keputusan karena pengaruh pengalaman dan orang disekitar kita. Jadi, semua keputusan bukan bener-bener keputusan kamu, keputusan ...

Pernahkah kamu setelah membayar sesuatu, kasir mengucapkan "terima kasih" tanpa melihat ke arah kamu? Gimana rasanya? Kalo aku pribadi akan menilai kasir itu tidak menghormati pelanggannya (entah mengapa). Kemampuan untuk melihat mata seseorang ketika berbicara menjadi sulit di jaman ini (mungkin karena kita seringnya melihat kebawah😛), atau mungkin karena kita berpikiran bahwa selama kita mendengarkan (hanya menggunakan telinga) maka lawan bicara kita akan lebih baik? Hanya menggunakan telinga itu hanya sekedar mendengarkan. Tapi ketika kamu melibatkan mata, maka kamu mendengar secara aktif. Kamu akan dapat melihat ekspresi wajah lawan bicaramu. And conversation will be a lot interesting than ever. Salah satu penelitian yang menarik tengah meneliti efek melihat mata orang lain, mereka mengajukan asumsi bahwa ketika kita melihat mata orang lain maka akan meningkatan kesadaran akan diri sendiri, mempengaruhi memori, mengaktifkan perilaku pro-sosial, dan lebih...

I'm a diehard fan of Jay Shetty, so I heard his podcast a lot. In this week episode , he invited Yuval Harari. Yuval share's an amazing quotes that I can't stop thinking of, the quotes goes like this: "Happiness is reality minus expectations." Damn. Bener juga gak sih?

Baru selesai melakukan silaturahmi di kampung halaman Ibu (Klaten, desa Manisrenggo) hari ini, lalu menemukan air gelas yang unik ini (gambar diatas). Kecil, minimalis, pas. Entah kenapa kebayang kalo cewek yang ngeliat ini bakal bilang: "Ih, lucu banget." Tentu kita terbiasa membayangkan air gelas itu dengan air yang berisi 240ml, bukan 150ml. Jadi banyak pilihannya bukan? Ada yang 150ml, 240ml, 330ml, 600ml, dan seterusnya. Dengan banyak pilihan tersebut, menjadi sangat penting bagi kita untuk mendefinisikan kata "cukup" . Nantinya, bisa aku pastikan definisi tersebut sangatlah bersifat subjektif. Definisi yang hanya bisa kamu terima, yang mungkin orang lain tidak setuju. Ketika kita memilih untuk meminum yang 240ml, malah sisa dan mubazir; yang 150ml, kedikitan dan malah ingin beli lebih. Hal ini seperti "fenomena Indomie" : Makan satu indomie kurang kenyang, tapi kalo makan dua indomie kekenyangan. Makanya, temanku...

"Sleep is for the weak" Beneran nih sampe ada yang jual totebag dengan tulisan begitu di kampus? Ya, inilah realitanya. Ketika seseorang memutuskan untuk mengambil waktu beristirahat, mereka dianggap lemah. Tapi gimana kalau misalkan hal tersebut menunjukkan suatu kekuatan? Beberapa penelitan menyebutkan bawasannya tidur bisa membangun kekuatan kita untuk cepat sembuh dari gangguan, mencegah burnout, membuat keputusan yang lebih baik, mengingat lebih baik, dan mengurangi kesalahan dalam bertindak. Dalam salah satu podcastnya, Arianna Huffington mengatakan suatu kalimat (tentang pentingnya tidur) yang masih sangat aku ingat, yaitu: "For the human operating system downtime is a feature, not a bug."

It's not even a month when I lost my basketball-bestfriend who teach me how-to love basketball. Yesterday, I'm visiting his family and talk about him. A lot. The day I knew he's gone forever, I'm not crying. And I really confused about it. "Why I'm not crying? I used to be crying because he's my best friend." But yesterday, when her mother asks about him to me: "Did he talk some wishes that he never fulfills in his life to you Amran?" I answered: "No...He just wishes that we can play basketball together again." (I started crying when I said this) I realize, I can hold my emotion when someone is not around and not ask about it. But when you asked to speak about it, I promise you that emotion will be blown up. It's not about we're a man or woman, it's because we're human. And human feels emotions.

Pramenstrual Syndrome  (PMS) adalah hal yang wajar dialami oleh para wanita, aku mendefinisikan fase ini sebagai fase ketika wanita menjadi seperti singa yang sangat buas (ini pure bercanda😄). Sebagai seorang pria, sudah kewajiban kita untuk berhati-hati dalam berperilaku ataupun berucap ketika wanita sedang di fase pe-em-es. Dr. Katharina Dalton (seorang pelopor pengobatan PMS lebih dari 40 tahun yang lalu) melaporkan bahwa sekitar separuh upaya bunuh diri wanita dilakukan selama 4 hari sebelum menstruasi dan 4 hari pertama dari menstruasi. Damn... Lalu perilaku apa yang tepat ketika wanita berada dalam fase tersebut? Aku sedang membaca buku yang berjudul "Beyond Mars and Venus" yang ditulis oleh John Gray, PH.D. Dan aku menemukan jawaban untuk pertanyaan diatas. Berikut jawabannya: Di lima hari awal menstruasinya, wanita membutuhkan pria untuk tidak menuntut apapun. Lima hari berikutnya, wanita membutuhkan perasaan dihargai serta dikagumi atas ...

Tiga budaya kita ketika menyambut hari raya Idul Fitri adalah: 1. "Lebaran datang, begitupun baju baru." 2. "Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin." 3. "Dompetnya kosongin dulu sebelum pergi ke rumah sodara." Menurutku ada satu kesalahan yang sama dari tiga budaya tersebut. Yaitu niat yang bersifat eksternal. Bukan berarti semua orang ngelakuin dengan niat yang eksternal, tapi niat seseorang itu emang sangat sulit dilihat. Dan yang aku takutkan, ketika kita membeli baju baru, memaafkan orang lain, dan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR), kita melakukan itu ya karena...Lebaran, bukan karena kita ingin. Kesannya jadi terpaksa dan tidak ikhlas bukan? Yuk, benerin dulu niat kita ketika ngelakuin suatu kebiasaan atau kegiatan yang sudah tertanam dalam budaya kita. Kita ngelakuin hal-hal tersebut, karena kita ingin. Bukan karena "seharusnya".

Meredakan stress,kecemasan, meningkatkan kesehatan (mental), kesadaran diri, dan memperpanjang attention span. Berikut adalah beberapa manfaat dari meditasi. Tapi ingat, semua didunia ini diciptakan dengan lawannya. Hitam dengan putih, yin dengan yang, dan positif dengan negatif. Begitupun dengan meditasi, ada sisi positif dan ada negatifnya. Beberapa efek negatif dari meditasi antara lain ada peningkatan kecemasan, ketakutan, stres, panik dan suasana hati yang rendah ketika bermeditasi. (Agak mind-blowing ya😫..) Dari beberapa artikel yang telah aku baca, ada dua faktor utama ketama meditasi ini bisa menyebabkan efek negatif yang begitu mind-blowing nya. Yaitu karena niat dan pengetahuan seseorang. Salah satu efek dari meditasi (yang menarik), yaitu adanya peningkatan ego pada seseorang. Dalam penelitian terbaru tersebut dijelaskan bahwa mereka yang berlatih meditasi dengan perspektif self-centered  akan cenderung menjadi lebih mementingkan diri sendi...

Di jaman ini kita selalu diajarkan berbagai cara untuk tetap produktif, konsisten, dan menghasilkan sesuatu tanpa menghabiskan waktu. Kerja, kerja, kerja. Kita seakan-akan disuruh untuk selalu bergerak setiap detiknya. Tapi apakah kita pernah diajarkan untuk diam dan menikmati kebosanan? Mungkin tidak. Pada jaman ini, seakan-akan kita tidak bisa menjadi bosan karena tersedianya banyak cara untuk menangkal perasaan tersebut (seperti texting, nonton netflix/youtube, mendengarkan lagu). Dengan tidak adanya edukasi tentang menghadapi kebosanan, salah satu penelitian membuktikan bahwa seseorang tampaknya lebih suka melakukan sesuatu daripada tidak sama sekali, bahkan jika sesuatu itu negatif (dalam penelitian ini, partisipan disuruh untuk memilih antara berdiam selama 6-15 menit dan disetrum). Biasanya kebosanan disebabkan karena kesendirian ( Solitude ). Untuk menjelaskan definisi kesendirian, aku akan mengambil dari buku Digital Minimalism yang berbunyi: " A...

#PernahGakSih kamu curhat ke salah satu temen kamu dan minta saran terkait apa yang harus kamu lakukan? Kebanyakan orang ketika ditanya "kira-kira mana yang lebih baik ya?", mereka akan jawab "tergantung kamu gimana enaknya". Bener gak nih?😂 Kata "tergantung" dalam konteks ini seperti "pedang bermata dua". Di satu sisi jawaban itu bisa membuat kita merefleksikan bahwa mana yang sebenarnya kamu inginkan dan sesuai dengan dirimu. Di lain sisi, "tergantung" malah bikin kita kesel karena landasan kita minta saran ya karena kita basic nya udah bingung harus ngapain dan gak tau harus ngapain lagi. Coba bayangkan sebentar kalo misalkan kita hidup dimana kita bisa bertemu dengan para filsuf hebat (socrates, aristoteles, seneca dll) di jalanan. Kita nanya nih gimana caranya hidup yang seharusnya, mereka pasti bakal jawab dengan hal yang konkrit. Jawaban yang meliputi "apa yang harus kamu lakukan" dan "apa yang har...

Mendekati lebaran, pasti kita tidak asing dengan istilah THR (Tunjangan Hari Raya). Rasanya seneng banget bukan? Tapi sekarang aku merasa tidak sesenang dahulu. Karena diusiaku saat ini (21 tahun), sudah bukan jamannya mendapatkan hal tersebut😢. Di lain sisi, aku juga sedang membuat suatu kebiasaan untuk memanfaatkan segala waktu luang dengan mengedukasi diriku pribadi. Salah satunya dengan mendengar podcast ketika perjalanan pulang kampung kemarin. Kali ini, aku mendengarkan podcast yang berjudul On Purpose. To be honest, this podcast is really spoken up to me (I think because the presenter is a monk 😂 ) . Kebetulan episode kali ini membahas tentang beberapa cara untuk menghabiskan uang kita dengan lebih baik. Dengan lebaran vibes yang sebentar lagi hadir, this advice is really powerful for us to experimenting (I guess) . Jadi, ini rangkuman dari episode tersebut (yang telah aku sesuaikan dengan keadaanku sebagai mahasiswa): Nabung dulu, baru beli bara...