Menjadi Realistik di Teras dengan Secukupnya

I always fascinating about the things we can and can't control, and also (fascinating about) happiness starts within you.

Somehow, pondasi dari pemikiranku tersebut adalah gabungan dari sebuah filosofi dan gaya hidup. Stoikisme dan Minimalis.

Stoik mengajarkanku untuk menerima kenyataan apa adanya, tanpa interpretasi mana yang baik atau buruk (coba baca cerita tentang seorang petani dengan kudanya). Banyak orang yang menyalahartikan bahwa orang yang stoik adalah orang yang tidak punya perasaan, seorang stoik bisa merasakan suatu emosi, tapi mereka tidak sekedar bertindak berdasarkan emosi tersebut, mereka coba memikirkan apa yang baik dilakukannya. Ada sebuah proses memutuskan antara emosi dan perilaku. Dan tentu, seorang stoik akan bertanya apakah perilaku yang akan ia lakukan baik untuk sesama manusia atau tidak. 

Pada dasarnya stoik mengajak kita untuk endure the hardship. Coba tonton video satu ini kalau kamu ingin mendalami filosofi ini:

Bagaimana dengan Minimalis?

Pertama, banyak orang yang mengartikan minimalis sebagai sebuah gerakan untuk mempunyai barang sebisa mungkin sangat sedikit. Ini pengartian yang salah.

Minimalis mengajarkanku untuk membeli ataupun memiliki barang yang secara sadar kita butuhkan dan putuskan. Makanya ada pepatah dahulu yang berkata:
"Belilah sesuatu yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan."
Dengan melihat kenyataan apa adanya dan tau mana yang benar-benar kita butuhkan, then happiness is achieveable.

Comments

Popular posts from this blog

Pe eM eS

"With Great Power, Comes Great Responsibility"

R.I.P Brotha.