"Girl or Boy, I got questions for ya"

"Only buy something that you'd be perfectly happy to hold if the market shut down for 10 years."

Millenial, Generasi Z, Introvert, Anti-Social. Itukah yang sering anda dengar? Kalau saya pribadi, saya akan mengatakan "Ya". Banyak brand dari pakaian yang mengatasnamakan sebutan-sebutan tersebut sebagai identitas brand mereka, dan kenyataannya itu laku keras. Bukan berarti saya menyalahkan perusahaan pakaian itu mengatasnamakan sebutan-sebutan tersebut menjadi identitas mereka, namun saya berpikir bahwa mereka benar-benar cerdas dalam membaca trend pasar generasi ini. Pertanyaan muncul ketika saya melihat orang yang memakai pakaian tersebut, apakah mereka bangga dengan apa yang mereka pakai? Dan apakah ada kehormatan atau gelar tersendiri ketika mereka memakai itu? Jawabannya bisa "Iya" ataupun "Tidak". 

Dua pertanyaan di atas mendasari saya untuk lebih menyadari akan hal yang terjadi dalam diri saya ketika saya memiliki uang yang cukup untuk membeli brand yang bisa dikatakan cukup mahal untuk satu jenis. Perasaan puas pasti ada, tapi terkadang muncul perasaan menyesal yang bisa saya rasakan pribadi. "Mengapa saya membeli ini, seharusnya dengan brand lain saya bisa dapat dua yang seperti ini." Itu salah satu dilema yang saya dapati setelah membeli suatu brand

Mari kita fokus pada proses pembelian, proses atau perilaku ini biasanya disebut dengan "Consumerist behaviour". Perilaku ini adalah perilaku yang diincar oleh para perusahaan pastinya untuk meningkatkan tingkat penjualan mereka, jika bukan perilaku ini yang diincar maka bagaimana mereka sukses? Dengan mudahnya kegiatan kita membeli barang (melalui online), tak dapat dipungkiri perilaku ini sangat meningkat pada jaman ini. Kita biasanya tanpa pertimbangan yang banyak, tinggal menekan tombol "beli" dan mengisi alamat yang harus diisi (ini saya pribadi). Tapi itu sebelum saya menemukan gaya hidup yang sedang saya terapkan (bisa dibaca disini).

Salah satu faktor kenapa gaya hidup ini cocok dengan saya karena keadaan saya sekarang yang merupakan seorang mahasiswa, di mana sebagai mahasiswa saya harus menghemat pengeluaran. Untuk hal yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Sehingga saya juga harus memahami diri saya pribadi untuk membedakan dua hal tersebut. Saya punya beberapa pertanyaan (sumber) yang bisa anda gunakan sebelum anda membeli sesuatu, yaitu:
  1. Untuk siapa saya membeli ini?
    Selalu ingat, bahwa kita membeli sesuatu untuk diri kita. Bukan untuk membuat orang lain kagum.
  2. Apakah ini akan menambah "nilai" dalam hidup saya?
    Pastikan bahwa hal yang ingin anda beli akan bermanfaat bagi hidup anda untuk membuat manfaat juga ke orang lain.
  3. Apakah ini hal terbaik yang bisa dibeli oleh uang yang saya punya?
    Bukan seberapa banyak, tapi seberapa bermanfaat barang tersebut bagi kehidupan anda.
  4. Berapa biaya sebenarnya?
    Biaya bukan hanya yang tertera pada tanda harga, tapi juga biaya pengiriman, waktu, dan tenaga.
  5. Apakah "the best version" dari diri saya akan membeli ini?
    Anda diminta untuk melihat kedepan dahulu, baru membuat keputusan terkait membeli atau tidak.
Gaya hidup ini menurut saya pribadi bukan hanya untuk seorang mahasiswa, tetapi juga bisa bermanfaat untuk semua tingkatan hidup. Pada dasarnya bukan karena menghemat pengeluaran, tetapi untuk menambah "nilai" dan penghayatan kita dalam menjalani hidup kita (Baca selengkapnya disini ). 


"Materials that you buy, never gonna fulfill your life in many ways. But the value of it."

Yang menginspirasi:

Comments

Popular posts from this blog

Pe eM eS

Perbedaan Manusia dan Binatang

Cara Mengembangkan Diri (bareng Dr. Jordan B. Peterson)